Pages

Senin, 13 Februari 2012

Karya Seni Terapan Nusantara Rencong


MENGAPRESIASI
 KARYA SENI TERAPAN NUSANTARA


Oleh          :
Nama         : 
No              : 
Kelas         :


KATA PENGANTAR

         Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Karya Seni Terapan Nusantara dengan mengambil tema “RENCONG ".
         Dalam penyelesaian makalah ini saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini, antara lain kepada :
1.    Bapak dan Ibu Guru serta Orang Tua tercinta, memberikan dukungan, do’a dan pengertiannya
2.    Teman-teman yang telah member inspirasi, menuangkan ide-ide yang membantu, juga orang-orang terdekat kami yang telah memberikan semangat sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, saya mengharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, tentunya makalah ini kurang dari sempurna.

                                               





BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang
Rencong (Bahasa Aceh: reuncong) adalah tradisional Aceh belati senjata tajam, pulau Sumatera Indonesia, bentuknya menyerupai huruf "L". Rencong termasuk belati dalam kategori yang berbeda dengan pisau atau pedang.
Rencong adalah senjata khas tradisional dari Aceh yang dulu senjata ini untuk mempertahankan diri, namun sekarang senjata tersebut digunakan sebagai cindera mata masyarakat Aceh.
Namun warga Indonesia sangat banyak yang tidak mengenal senjata rencong tersebut. Maka dari itu saya disini akan memperkenalkan senjata tradisional “rencong” kepada teman-teman.

1.2       Latar Belakang
Ruang lingkup pembahasan saya kali ini adalah senjata tradisional “RENCONG” yang berasal dari Aceh, Sumatra Utara.

1.3       Tujuan Pembahasan
Pada awalnya tujuan pembahasan saya kali ini adalah untuk mememuhi kewajiban saya sebagai murid dalam tugas Seni Budaya. Namun saya juga akan memberi tahu kepada teman-teman tentang senjata tradisional rencong yang berasal dari Aceh. Karena kebanyakan dari teman-teman masih belum tahu tentang senjata rencong tersebut maka dari itu saya membuat makalah tentang rencong ini.



1.4 Meode Pembahasan
Metode pembahasansaya kali ini adalah dengan menggunakan metode literatur , yaitu dengan mencari sumber informasi dari internet dan buku. Saya mencari sumber dari internet karena, internet menyediakan banyak informasi tentang rencong tersebut.


1.5 Rumusan Masalah
·         Apakah pengertian dari Rencong?
·         Bagaimana cara membuat rencong?
·         Apa fungsi dari rencong?
·         Ada berapa macam rencong?














                                                                                                        :                                

BAB II
PEMBAHASAN

KD 2.1 Mengidentifikasi Keunikan gagasan dan Teknik Karya Seni Terapan Nusantara
Rencong (Bahasa Aceh: reuncong) adalah tradisional Aceh belati senjata tajam, pulau Sumatera Indonesia, bentuknya menyerupai huruf "L". Rencong termasuk belati dalam kategori yang berbeda dengan pisau atau pedang.

Rencong cara yang sama seperti dengan belati. Rencong pisau panjang dapat bervariasi dari 10 cm sampai 50 cm. Matau pisau bisa melengkung seperti keris, tetapi dalam banyak rencong, juga bisa menjadi lurus seperti pedang. Rencong dimasukkan ke dalam sarung pisau yang terbuat dari kayu, gading, tanduk, atau logam terkadang perak atau emas. Di alam, rencong disisipkan di antara sabuk di depan perut pengguna.

Belati rencong kerajaan, terbuat dari emas dan gading dengan sarung pisau terukir suci ayat-ayat Quran. Rencong memiliki tingkatan: kepada raja atau selubung Sultan biasanya terbuat dari gading dan pisau emas dan ayat sekutip berukirkan dari Al-Qur'an agama suci Islam. Sedangkan rencong rencong lain-biasanya terbuat dari tanduk kerbau atau kayu sebagai sarungnya, dan kuningan atau besi putih sebagai belati.

Sebagai kepercayaan terhadap keris Jawa, masyarakat tradisional Aceh menghubungkan dengan kekuatan mistik Rencong senjata. Rencong masih digunakan dan dipakai sebagai atribut fashion di upacara adat Aceh. Masyarakat Aceh percaya bahwa bentuk rencong basmalah mewakili simbol dari keyakinan agama Islam.

Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh yang juga dikenal sebagai "Tanah Rencong ".

Rencong salah satu senjata tradisional dan dianggap berkhasiat, tidak sembarangan dalam proses pembuatannya. Cara menempanya dan memilih besi tidak boleh sembarangan seperti membuat jenis senjata tajam lainnya. Terwujudnya sebilah rencong yang berbentuk tulisan Bismillah dengan nama Allah dalam bentuk aksara Arab. Ciri khas dari bentuk gagangnya tampak sangat berlainan dengan senjata-senjata lain di seluruh Indonesia (seperti keris di Jawa). Rencong pada bahagian ujung gagangnya merupakan genggaman tangan sedikit dibengkokkan ke atas, sehingga dengan demikian jika rencong tersebut telah berlumuran darah genggaman tetap tidak akan terlepas. Inilah sebabnya tentara Portugis menjadi kagum menghadapi pasukan Kerajaan Aceh (Sultan Al- Qahar) dalam pertempuran-pertempuran jarak dekat yang telah menggunakan rencong sebagai senjata ampuhnya. Rencong sangat berguna pada masa Kerajaan Aceh, ini dapat dibuktikan dengan terusirnya tentara Portugis di selat Malaka dan mengahalau tentara Portugis yang ingin mencengkram kukunya di Pulau Sumatera.

Dalam masyarakat Aceh terdapat kepercayaan bahwa rencong ada yang berkhasiat dan ini biasanya merupakan warisan yang dipelihara secara turun menurun dan dijaga dengan baik. Rencong pusaka ini tidak boleh dipakai sembarangan saja kalau tidak perlu betul atau dalam kondisi terdesak baru boleh untuk dipakai. Oleh karena rencong mempunyai kekuatan-kekuatan tertentu, serta untuk menjaga kehormatan. Menyimpannya tidak boleh sembarangan tempatnya harus dirahasiakan.

Di samping itu rencong juga memiliki khasiat apabila kita pergi merantau atau berjalan di malam hari dalam gelap maka akan menjadi teman atau kawan, karena makhluk-makhluk seperti : Jin, Iblis dan Tulueng Dong7 ( secara harfiah artinya tulang atau kerangka manusia yang berdiri), maka rencong dapat melindungi orang tersebut. Ini disebabkan oleh adanya kekuatan gaib yang terkandung dalam rencong pusaka yang diselipkan pada pinggangnya.

Persoalan lain yang dapat membantu dengan adanya rencong pusaka adalah bila ada orang kemasukan, dengan merendam rencong dalam air dan airnya diberi minum kepada orang sakit segera akan sembuh dengan izin Allah. Rencong bagian pisaunya tidak boleh bergores di tubuh manusia karena akan menimbulkan infeksi yang mengandung racun dan tidak lama kemudian orang itu akan meninggal.

Rencong juga memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggarkan diantaranya bila kita ingin memperlihatkan sebilah rencong kepada kawan tidak boleh kita mengeluarkan dari sarungnya. Apalagi kita sampai mempermainkannya atau menyentik-nyentik ujung yang runcing itu dihadapan kawan ataupun di muka umum, hal itu sangat dilarang, Karena akibatnya akan dapat membawa malapetaka bagi sipemiliknya.

Demikianlah khasiat dan bahayanya rencong, oleh karena itu rencong tidak boleh dipakai oleh sdmbarangan orang apalagi bagi orang yang tidak sabar. Walaupun demikian rencong pada zaman dahulu menjadi rebutan, masing-masing ingin memilikinya. Karena dengan memiliki rencong status sosial mereka berubah karena dia akan ditakuti, disegani dan dihormati oleh kawan maupun lawan.

Di samping persoalan tersebut rencong memiliki keuntungan bagi sipemakainya untuk dihormati dan mendapat rezeki kemana saja dia pergi dan bila dia dalam keadaan susah atau mendapat musibah maka ada saja yang akan menolong dan membantunya sehingga dia terlepas dari malapetaka atau kesusahannya. Ini merupakan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Aceh pada waktu dahulu, pada zaman sekarang kepercayaan tersebut telah bergeser sesuai dengan pergeseran waktu dan pengetahuan, lagi pula rencong ini bukan benda yang sembarangan tetapi telah menjadi benda yang langka.

Adanya perpaduan antara seni dan budaya Islam dalam penciptaan rencong yang berbentuk tulisan Arab (Bismillah) dengan nama Allah merupakan suatu kekuatan yang sangat sakral dapat mengendalikan peri laku kehidupan ummat manusia dengan Allah selaku penciptanya. Menurut catatan sejarah menyebutkan rencong telah memberikan semangat dan dorongan bagi pejuang zaman dahulu untuk mengusir Belanda dari Aceh, sehingga tentara Belanda banyak yang tewas dengan senjata rencong.

Tehnik pembuatan alat-alat dari besi sudah berkembang di daerah Aceh. Di samping dibuat untuk keperluan sendiri, juga untuk dijual ke daerah lain di dalam maupun di luar Aceh. Teknik pembuatannya sudah mencapai tingkat yang baik, barang-barang yang diproduksi sering tidak mencukupi. Hal ini dapat menambah gairah para pekerja untuk memproduksi lebih banyak dan meningkatkan kualitas mutunya, sehingga rencong bentuknya bervariasi serta ukiran-ukiran yang menarik. Para pendatang dari luar daerah banyak yang membawa rencong hias sebagai cindera mata dari Aceh.

Bagian-bagian rencong adalah : Hulu rencong ; Ukiran rencong ; Perut rencong ; Ujung rencong ; Batasan rencong. Untuk memperindah rencong maka diperkaya dengan variasi membuat ukiran pada gagangnya. Ukiran-ukiran dari emas digunakan pada hulu, puting dan batang rencong. Bentuk ukiran ini tergantung pada keinginan sipemakai atau penciptanya.

Untuk memperindah seni yang terdapat pada sebuah rencong maka ditambah lagi dengan pembuatan sarungnya. Sarung rencong biasanya dibuat dari kayu ataupun tanduk kerbau dan ada dari gading gajah. Kayu yang dipergunakan antara lain : bak keupula (bunga tanjung), bak panah (batang nangka), bak mee (batang asam jawa) dan lain sebagainya. Adapun motif-motif sarung rencong terdiri dari motif fauna dan motif flora. Motif fauna adalah : ukiran ular, naga, ayam jago, burung nuri, kupu-kupu dan sebagainya, sedangkan motif flora adalah : gambar-gambar bunga, buah dan daun.

Produksi barang-barang tersebut dibuat pada tempat penempaan besi yang disebut pandei beuso. Tiap pandei beuso (pandai besi) dipimpin oleh seorang utoh beuso (tukang / pandai besi) dan seorang asisten serta para pekerja.

Alat yang digunakan para pandei beuso (pandai besi) antara lain : tungku (tempat menghidupkan api), pompa angin untuk meniup api yang terbuat dari kulit kambing, tempat air untuk menyepuh besi, palu besi, gergaji besi, kikir, alas untuk tempat memukul besi dan membentuk benda yang akan ditempa, Jepitan dan lain-lain. Adapun bahan baku yang dipergunakan : besi biasa, besi baja, besi hancuran, tembaga dan besi putih dengan catatan besi tidak boleh berkarat. Besi untuk membuat rencong harus besi pilihan yang baik dan bebas dari karat, biasanya besi putih agar tidak berkarat, namun boleh juga besi-besi lain, ini tergantung pada keinginan sipembuat atau sipembeli. Besi putih lebih mahal harganya dari pada besi biasa . Ada juga rencong yang dibuat dari besi yang dicampur dengan sedikit tembaga atau kuningan ataupun emas. Hal ini penting kalau sekiranya ada orang yang mempunyai ilmu ghaib (magic) terhadap senjata dari besi, maka dengan adanya tembaga atau emas pada rencong tersebut maka diperkirakan kekebalan ilmunya akan berkurang. Lain halnya dengan besi untuk membuat pisau dapur , ini cukup besi apa saja. Untuk membuat parang ini memerlukan besi yang keras agar parang tersebut tidak lembek atau patah (biasanya per motor atau besi rel kereta api) dan nantinya dapat menghasilkan parang yang tajam.

Rencong termasuk salah satu hasil seni tradisional, sejak zaman dahulu rencong dalam penggunaannya berfungi sebagai berikut : Sebagai perhiasan ; rencong ini dipergunakan sehari-hari sebagai perhiasan (pakaian) yang diselipkan di pinggang ; Sebagai seni (seni ukir) dan sebagai alat kesenian seperti dipakai dalam pertunjukkan tari seudati ; Rencong sebagai perkakas dipergunakan sebagai alat pelobang pelepah rumbia dan sebagainya ; Rencong sebagai senjata perang untuk menghadapi musuh-musuh peperangan yang ingin menjajah Aceh seperti Inggris, Belanda dan sebagainya. Menurut catatan sejarah rencong mulai dipakai pada masa Sultan Ali Mugayatsyah memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1514-1528. Pada waktu itu masih berorientasi pada kepercayaan Islam yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial budaya masyarakat di daerah aceh. Sehingga kedudukan rencong adalah sebagai berikut : gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada bahagian sikunya merupakan aksara Arab Ba ; Bujuran gagang tempat genggaman berbentuk aksara Arab Sin ; Bentuk-bentuk lancip yang menurun ke bawah pada pangkal besi dekat gagangnya merupakan aksara Arab Mim ; Lajur-lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan aksara Arab Lam dan ujung yang runcing sebelah atas mendatar dan bahagian bawah yang sedikit melekuk ke atas merupakan aksara Arab Ha. Dengan demikian rangkaian dari aksara BA, MIM, LAM dan HA itu mewujudkan kalimah “BISMILLAH”. Ini berkaitan dengan jiwa heroic dalam bentuk senjata tajam yang dipakai sebagai senjata perang untuk mempertahankan agama Islam dari penjajahan orang-orang yang anti Islam. Saat sekarang ini untuk kawasan Aceh Besar tempat penempaan rencong terdapat di desa Bait (Sibreh ) dan desa Lamblang (Darul Imarah). Pada zaman dahulu tempat penempaan ini tersebar di seluruh Aceh Besar yang antara lain : Kampung Pandee ; Seuneulop ; Lam Blang ; Baid ; Ulee Kareng ; Lam Pakuk ; Indrapuri ; Seulimeum ; Lhong dan sebagainya. Namun untuk saat sekarang tempat tersebut ada yang masih diperdayakan dan banyak juga yang sudah tidak diperdayakan lagi. Ini disebabkan oleh faktor kemampuan sumber daya manusia maupun karena keterbatasan modal usahanya.
Jenis-jenis rencong antara lain : Rencong Meupucok, Rencong Meucugek, Rencong Meukuree dan Rencong Pudoi.


1. Rincong Meupucok

Rencong yang mempergunakan ukiran emas pada gagang bahagian atas. Gagangnya kelihatan kecil pada bahagian bawah dan mengembang membesar pada bahagian atasnya. Permukaan pada bahagian atas berukiran emas. Bentuk ukirannya antara lain : Kembang berantai, Kembang daun, Kembang mawar dan ada juga berbentuk aksara Arab. Hulu rencong Meupucok adalah ditutupi dengan ukiran emas pada bahagian atas, dibungkus dengan emas bahagian putingnya dan biasanya terbuat dari tanduk dan gading.

2. Rencong Meucugek

Rencong ini mempergunakan cugek (bergagang lengkung 90 %). Cugek melengkung ke bahagian belakang mata rencong kira-kira 15 cm sehingga dapat berbentuk siku-siku. Cugek ini gunanya efektif tidak mudah lepas dari tangan saat melakukan pembelaan diri, sehingga dapat mmenerkam dan menikam lawan secara bertubi-tubi serta mudah dicabut kembali walaupun sumbunya dalam keadaan berlumuran darah oleh karena cugek sebagai penahan pergelangan tangan bahagian belakang.

3. Rencong Meukuree

Rencong yang mempunyai kuree pada mata. Bentuk kuree bermacam-macam ada yang berbentuk seperti : bunga-bunga ; ular ; lipan ; akar kayu ; daun ; dan kayu-kayuan. Gambar ini bukan sengaja dibentuk, tetapi terbentuk secara sendirinya waktu rencong itu ditempa. Rencong ini berbeda dengan yang lainnya, semakin lama disimpan semakin banyak kureenya dan semakin mahal harganya serta semakin bertambah magisnya.

4. Rencong Pudoi

Pudoi artinya menengah (biasa). Ini dapat di lihat dari gagangnya. Gagang rencong ini tidak sama dengan rencong meupucok, meucugek atau meukuree. Hulu rencong Pudoi adalah pengangan tanpa variasi, kelah (pembungkus bahagian bawah hulu dan puting yang kadang-kadang dibesarkan sedikit agar tidak tertutup dengan gagang yang sederhana bila ditancapkan pada sasarannya. Gagang rencong Pudoi ini tidak ada lengkungnya. Sejarah rencong Pudoi ini mulai tahun 1904 Belanda tidak memperbolehkan memakainya. Sehingga larangan tersebut sangat melukai hati orang Aceh dan bertentangan dengan adat istiadat yang berlaku pada waktu itu. Maka jalan lain adalah mengelabui peraturan Belanda tersebut dengan cara merubah bentuk rencong meucugek (meucangee) kebentuk lain yaitu rencong rencong Pudoi. Dengan perubahan bentuk maka orang Aceh tetap memakainya tanpa diketahui oleh orang Belanda kecuali diperiksa seluruh badannya. Adapun untuk menyembunyikan keberadaan rencong maka diselipkan di pinggang di bawah kain sarung ataupu celana tanpa di ketahui oleh Belanda, sehingga mereka tidak mematuhi larangan Belanda.

KD 2.2 Menampilkan Sikap Apresiasi Pada Karya Seni Rupa Terapan Nusantara

Dan menurut saya, rencong di lihat dari bentuknya sangat bagus, karena motifnya yang sangat mengagumkan dan juga bentuknya yang menyerupai tulisan basmalah membuat bentuk rencong menjadi lebih unik. Dilihat dari bentuknya rencong juga mirip huruf “L”. yang bagian ganggangnya berada pada bawah huruf “L” dan bagian yang tajam pada atas huruf “L”.

Dan saya juga menyukai karena rencong bentuknya tidak aada yang menyamai dengan belati-belati lainya.














BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

            Rencong bagi kita sangat berguna karena rencong adalah salah satu kesenian dan juga senjata tradisional dari Indonesia yang sangat mematikan.
            Rencong juga menggunakan corak Islam sebagaimana ditunjukan pada bagian bentuknya yang menyerupai bacaan Basmalah. Bentuk rencongpun juga unik, karena bentuknya menyerupai huruf “L”.
            Rencong juga bermacam-macam, yaitu:
1.    Rencong Meupucok
2.    Rencong Meucugek
3.    Rencong Meukuree
4.    Rencong Pudoi
            Pada saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia, rencong menjadi senjata yang berguna untuk mengusir penjajahan di Aceh. Rencong untuk perang juga diberi racun pada ujungnya untuk membunuh lawan yang kebal terhadap besi. saat sekarang ini rencong tradisional telah menjadi barang yang langka, hanya ada pada orang-orang tertentu dan di tempat penyimpanan-penyimpanan cagar budaya seperti Museum dan di tempat dokumen-dokumen lainnya.







3.2 Saran

            Sebagai warga negara Indonesia kita wajib melestarikan kesenian Rencong ini. Karena takut kalau kesenian rencong diambil oleh negara lain. Dan kita harus mengembangkan pembuatan Rencong agar kita di seluruh Indonesia mengenal yang namanya senjata Rencong.
                Tidak semua masyarakat Aceh dapat membuat rencong, Ini disebabkan oleh tehnik pembuatan yang sulit.maka dari itu kita harus belajar membuat Rencong agar kita semua bisa melestarikan Rencong Aceh.



1 komentar: