MENGAPRESIASI
KARYA SENI
TERAPAN NUSANTARA
Oleh :
Nama :
No :
Kelas :
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah Karya Seni Terapan Nusantara dengan mengambil tema
“RENCONG ".
Dalam penyelesaian makalah ini saya
ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan
makalah ini, antara lain kepada :
1. Bapak
dan Ibu Guru serta Orang Tua tercinta, memberikan dukungan, do’a dan
pengertiannya
2. Teman-teman
yang telah member inspirasi, menuangkan ide-ide yang membantu, juga orang-orang
terdekat kami yang telah memberikan semangat sehingga saya mampu menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata, saya
mengharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini, tentunya makalah ini kurang dari sempurna.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Rencong (Bahasa Aceh: reuncong) adalah
tradisional Aceh belati senjata tajam, pulau Sumatera Indonesia, bentuknya
menyerupai huruf "L". Rencong termasuk belati dalam kategori yang
berbeda dengan pisau atau pedang.
Rencong adalah senjata khas
tradisional dari Aceh yang dulu senjata ini untuk mempertahankan diri, namun
sekarang senjata tersebut digunakan sebagai cindera mata masyarakat Aceh.
Namun warga Indonesia sangat
banyak yang tidak mengenal senjata rencong tersebut. Maka dari itu saya disini
akan memperkenalkan senjata tradisional “rencong” kepada teman-teman.
1.2 Latar
Belakang
Ruang
lingkup pembahasan saya kali ini adalah senjata tradisional “RENCONG” yang
berasal dari Aceh, Sumatra Utara.
1.3 Tujuan Pembahasan
Pada
awalnya tujuan pembahasan saya kali ini adalah untuk mememuhi kewajiban saya
sebagai murid dalam tugas Seni Budaya. Namun saya juga akan memberi tahu kepada
teman-teman tentang senjata tradisional rencong yang berasal dari Aceh. Karena
kebanyakan dari teman-teman masih belum tahu tentang senjata rencong tersebut
maka dari itu saya membuat makalah tentang rencong ini.
1.4 Meode Pembahasan
Metode pembahasansaya kali
ini adalah dengan menggunakan metode literatur , yaitu dengan mencari sumber
informasi dari internet dan buku. Saya mencari sumber dari internet karena,
internet menyediakan banyak informasi tentang rencong tersebut.
1.5 Rumusan Masalah
·
Apakah pengertian dari Rencong?
·
Bagaimana cara membuat rencong?
·
Apa fungsi dari rencong?
·
Ada berapa macam rencong?
:
BAB II
PEMBAHASAN
KD
2.1 Mengidentifikasi Keunikan gagasan dan Teknik Karya Seni Terapan Nusantara
Rencong (Bahasa Aceh: reuncong) adalah tradisional Aceh belati senjata
tajam, pulau Sumatera Indonesia, bentuknya menyerupai huruf "L".
Rencong termasuk belati dalam kategori yang berbeda dengan pisau atau pedang.
Rencong cara yang sama seperti dengan belati. Rencong pisau panjang dapat
bervariasi dari 10 cm sampai 50 cm. Matau pisau bisa melengkung seperti keris,
tetapi dalam banyak rencong, juga bisa menjadi lurus seperti pedang. Rencong
dimasukkan ke dalam sarung pisau yang terbuat dari kayu, gading, tanduk, atau
logam terkadang perak atau emas. Di alam, rencong disisipkan di antara sabuk di
depan perut pengguna.
Belati rencong kerajaan, terbuat dari emas dan gading dengan sarung pisau
terukir suci ayat-ayat Quran.
Rencong
memiliki tingkatan: kepada raja
atau selubung Sultan biasanya terbuat dari gading dan pisau emas dan ayat
sekutip berukirkan dari Al-Qur'an agama suci Islam. Sedangkan rencong rencong
lain-biasanya terbuat dari tanduk kerbau atau kayu sebagai sarungnya, dan
kuningan atau besi putih sebagai belati.
Sebagai kepercayaan terhadap keris Jawa, masyarakat tradisional Aceh
menghubungkan dengan kekuatan mistik Rencong senjata. Rencong masih digunakan
dan dipakai sebagai atribut fashion di upacara adat Aceh. Masyarakat Aceh
percaya bahwa bentuk rencong basmalah mewakili simbol dari keyakinan agama
Islam.
Rencong begitu populer di masyarakat Aceh sehingga Aceh yang juga dikenal
sebagai "Tanah Rencong ".
Rencong
salah satu senjata tradisional dan dianggap berkhasiat, tidak sembarangan dalam
proses pembuatannya. Cara menempanya dan memilih besi tidak boleh sembarangan
seperti membuat jenis senjata tajam lainnya. Terwujudnya sebilah rencong yang
berbentuk tulisan Bismillah dengan nama Allah dalam bentuk aksara Arab. Ciri
khas dari bentuk gagangnya tampak sangat berlainan dengan senjata-senjata lain
di seluruh Indonesia (seperti keris di Jawa). Rencong pada bahagian ujung
gagangnya merupakan genggaman tangan sedikit dibengkokkan ke atas, sehingga
dengan demikian jika rencong tersebut telah berlumuran darah genggaman tetap
tidak akan terlepas. Inilah sebabnya tentara Portugis menjadi kagum menghadapi
pasukan Kerajaan Aceh (Sultan Al- Qahar) dalam pertempuran-pertempuran jarak
dekat yang telah menggunakan rencong sebagai senjata ampuhnya. Rencong sangat
berguna pada masa Kerajaan Aceh, ini dapat dibuktikan dengan terusirnya tentara
Portugis di selat Malaka dan mengahalau tentara Portugis yang ingin mencengkram
kukunya di Pulau Sumatera.
Dalam
masyarakat Aceh terdapat kepercayaan bahwa rencong ada yang berkhasiat dan ini
biasanya merupakan warisan yang dipelihara secara turun menurun dan dijaga
dengan baik. Rencong pusaka ini tidak boleh dipakai sembarangan saja kalau
tidak perlu betul atau dalam kondisi terdesak baru boleh untuk dipakai. Oleh karena
rencong mempunyai kekuatan-kekuatan tertentu, serta untuk menjaga kehormatan.
Menyimpannya tidak boleh sembarangan tempatnya harus dirahasiakan.
Di
samping itu rencong juga memiliki khasiat apabila kita pergi merantau atau
berjalan di malam hari dalam gelap maka akan menjadi teman atau kawan, karena
makhluk-makhluk seperti : Jin, Iblis dan Tulueng Dong7 ( secara harfiah artinya
tulang atau kerangka manusia yang berdiri), maka rencong dapat melindungi orang
tersebut. Ini disebabkan oleh adanya kekuatan gaib yang terkandung dalam
rencong pusaka yang diselipkan pada pinggangnya.
Persoalan
lain yang dapat membantu dengan adanya rencong pusaka adalah bila ada orang
kemasukan, dengan merendam rencong dalam air dan airnya diberi minum kepada
orang sakit segera akan sembuh dengan izin Allah. Rencong bagian pisaunya tidak
boleh bergores di tubuh manusia karena akan menimbulkan infeksi yang mengandung
racun dan tidak lama kemudian orang itu akan meninggal.
Rencong
juga memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggarkan diantaranya bila kita
ingin memperlihatkan sebilah rencong kepada kawan tidak boleh kita mengeluarkan
dari sarungnya. Apalagi kita sampai mempermainkannya atau menyentik-nyentik
ujung yang runcing itu dihadapan kawan ataupun di muka umum, hal itu sangat
dilarang, Karena akibatnya akan dapat membawa malapetaka bagi sipemiliknya.
Demikianlah
khasiat dan bahayanya rencong, oleh karena itu rencong tidak boleh dipakai oleh
sdmbarangan orang apalagi bagi orang yang tidak sabar. Walaupun demikian rencong
pada zaman dahulu menjadi rebutan, masing-masing ingin memilikinya. Karena
dengan memiliki rencong status sosial mereka berubah karena dia akan ditakuti,
disegani dan dihormati oleh kawan maupun lawan.
Di
samping persoalan tersebut rencong memiliki keuntungan bagi sipemakainya untuk
dihormati dan mendapat rezeki kemana saja dia pergi dan bila dia dalam keadaan
susah atau mendapat musibah maka ada saja yang akan menolong dan membantunya
sehingga dia terlepas dari malapetaka atau kesusahannya. Ini merupakan
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Aceh pada waktu dahulu, pada zaman
sekarang kepercayaan tersebut telah bergeser sesuai dengan pergeseran waktu dan
pengetahuan, lagi pula rencong ini bukan benda yang sembarangan tetapi telah
menjadi benda yang langka.
Adanya
perpaduan antara seni dan budaya Islam dalam penciptaan rencong yang berbentuk
tulisan Arab (Bismillah) dengan nama Allah merupakan suatu kekuatan yang sangat
sakral dapat mengendalikan peri laku kehidupan ummat manusia dengan Allah
selaku penciptanya. Menurut catatan sejarah menyebutkan rencong telah
memberikan semangat dan dorongan bagi pejuang zaman dahulu untuk mengusir
Belanda dari Aceh, sehingga tentara Belanda banyak yang tewas dengan senjata
rencong.
Tehnik
pembuatan alat-alat dari besi sudah berkembang di daerah Aceh. Di samping
dibuat untuk keperluan sendiri, juga untuk dijual ke daerah lain di dalam
maupun di luar Aceh. Teknik pembuatannya sudah mencapai tingkat yang baik,
barang-barang yang diproduksi sering tidak mencukupi. Hal ini dapat menambah
gairah para pekerja untuk memproduksi lebih banyak dan meningkatkan kualitas
mutunya, sehingga rencong bentuknya bervariasi serta ukiran-ukiran yang
menarik. Para pendatang dari luar daerah banyak yang membawa rencong hias
sebagai cindera mata dari Aceh.
Bagian-bagian
rencong adalah : Hulu rencong ; Ukiran rencong ; Perut rencong ; Ujung rencong
; Batasan rencong. Untuk memperindah rencong maka diperkaya dengan variasi
membuat ukiran pada gagangnya. Ukiran-ukiran dari emas digunakan pada hulu,
puting dan batang rencong. Bentuk ukiran ini tergantung pada keinginan
sipemakai atau penciptanya.
Untuk
memperindah seni yang terdapat pada sebuah rencong maka ditambah lagi dengan
pembuatan sarungnya. Sarung rencong biasanya dibuat dari kayu ataupun tanduk
kerbau dan ada dari gading gajah. Kayu yang dipergunakan antara lain : bak
keupula (bunga tanjung), bak panah (batang nangka), bak mee (batang asam jawa)
dan lain sebagainya. Adapun motif-motif sarung rencong terdiri dari motif fauna
dan motif flora. Motif fauna adalah : ukiran ular, naga, ayam jago, burung
nuri, kupu-kupu dan sebagainya, sedangkan motif flora adalah : gambar-gambar
bunga, buah dan daun.
Produksi
barang-barang tersebut dibuat pada tempat penempaan besi yang disebut pandei
beuso. Tiap pandei beuso (pandai besi) dipimpin oleh seorang utoh beuso (tukang
/ pandai besi) dan seorang asisten serta para pekerja.
Alat
yang digunakan para pandei beuso (pandai besi) antara lain : tungku (tempat
menghidupkan api), pompa angin untuk meniup api yang terbuat dari kulit
kambing, tempat air untuk menyepuh besi, palu besi, gergaji besi, kikir, alas
untuk tempat memukul besi dan membentuk benda yang akan ditempa, Jepitan dan
lain-lain. Adapun bahan baku yang dipergunakan : besi biasa, besi baja, besi
hancuran, tembaga dan besi putih dengan catatan besi tidak boleh berkarat. Besi
untuk membuat rencong harus besi pilihan yang baik dan bebas dari karat, biasanya
besi putih agar tidak berkarat, namun boleh juga besi-besi lain, ini tergantung
pada keinginan sipembuat atau sipembeli. Besi putih lebih mahal harganya dari
pada besi biasa . Ada juga rencong yang dibuat dari besi yang dicampur dengan
sedikit tembaga atau kuningan ataupun emas. Hal ini penting kalau sekiranya ada
orang yang mempunyai ilmu ghaib (magic) terhadap senjata dari besi, maka dengan
adanya tembaga atau emas pada rencong tersebut maka diperkirakan kekebalan
ilmunya akan berkurang. Lain halnya dengan besi untuk membuat pisau dapur , ini
cukup besi apa saja. Untuk membuat parang ini memerlukan besi yang keras agar
parang tersebut tidak lembek atau patah (biasanya per motor atau besi rel
kereta api) dan nantinya dapat menghasilkan parang yang tajam.
Rencong
termasuk salah satu hasil seni tradisional, sejak zaman dahulu rencong dalam
penggunaannya berfungi sebagai berikut : Sebagai perhiasan ; rencong ini
dipergunakan sehari-hari sebagai perhiasan (pakaian) yang diselipkan di
pinggang ; Sebagai seni (seni ukir) dan sebagai alat kesenian seperti dipakai
dalam pertunjukkan tari seudati ; Rencong sebagai perkakas dipergunakan sebagai
alat pelobang pelepah rumbia dan sebagainya ; Rencong sebagai senjata perang
untuk menghadapi musuh-musuh peperangan yang ingin menjajah Aceh seperti
Inggris, Belanda dan sebagainya. Menurut catatan sejarah rencong mulai dipakai
pada masa Sultan Ali Mugayatsyah memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1514-1528.
Pada waktu itu masih berorientasi pada kepercayaan Islam yang sangat berpengaruh
dalam kehidupan sosial budaya masyarakat di daerah aceh. Sehingga kedudukan
rencong adalah sebagai berikut : gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada
bahagian sikunya merupakan aksara Arab Ba ; Bujuran gagang tempat genggaman
berbentuk aksara Arab Sin ; Bentuk-bentuk lancip yang menurun ke bawah pada
pangkal besi dekat gagangnya merupakan aksara Arab Mim ; Lajur-lajur besi dari
pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan aksara Arab Lam dan ujung yang
runcing sebelah atas mendatar dan bahagian bawah yang sedikit melekuk ke atas
merupakan aksara Arab Ha. Dengan demikian rangkaian dari aksara BA, MIM, LAM
dan HA itu mewujudkan kalimah “BISMILLAH”. Ini berkaitan dengan jiwa heroic
dalam bentuk senjata tajam yang dipakai sebagai senjata perang untuk
mempertahankan agama Islam dari penjajahan orang-orang yang anti Islam. Saat
sekarang ini untuk kawasan Aceh Besar tempat penempaan rencong terdapat di desa
Bait (Sibreh ) dan desa Lamblang (Darul Imarah). Pada zaman dahulu tempat
penempaan ini tersebar di seluruh Aceh Besar yang antara lain : Kampung Pandee
; Seuneulop ; Lam Blang ; Baid ; Ulee Kareng ; Lam Pakuk ; Indrapuri ;
Seulimeum ; Lhong dan sebagainya. Namun untuk saat sekarang tempat tersebut ada
yang masih diperdayakan dan banyak juga yang sudah tidak diperdayakan lagi. Ini
disebabkan oleh faktor kemampuan sumber daya manusia maupun karena keterbatasan
modal usahanya.
Jenis-jenis rencong antara lain : Rencong Meupucok, Rencong Meucugek, Rencong Meukuree dan Rencong Pudoi.
Jenis-jenis rencong antara lain : Rencong Meupucok, Rencong Meucugek, Rencong Meukuree dan Rencong Pudoi.
1.
Rincong Meupucok
Rencong yang mempergunakan ukiran emas pada gagang bahagian atas. Gagangnya kelihatan kecil pada bahagian bawah dan mengembang membesar pada bahagian atasnya. Permukaan pada bahagian atas berukiran emas. Bentuk ukirannya antara lain : Kembang berantai, Kembang daun, Kembang mawar dan ada juga berbentuk aksara Arab. Hulu rencong Meupucok adalah ditutupi dengan ukiran emas pada bahagian atas, dibungkus dengan emas bahagian putingnya dan biasanya terbuat dari tanduk dan gading.
2. Rencong Meucugek
Rencong ini mempergunakan cugek (bergagang lengkung 90 %). Cugek melengkung ke bahagian belakang mata rencong kira-kira 15 cm sehingga dapat berbentuk siku-siku. Cugek ini gunanya efektif tidak mudah lepas dari tangan saat melakukan pembelaan diri, sehingga dapat mmenerkam dan menikam lawan secara bertubi-tubi serta mudah dicabut kembali walaupun sumbunya dalam keadaan berlumuran darah oleh karena cugek sebagai penahan pergelangan tangan bahagian belakang.
3. Rencong Meukuree
Rencong yang mempunyai kuree pada mata. Bentuk kuree bermacam-macam ada yang berbentuk seperti : bunga-bunga ; ular ; lipan ; akar kayu ; daun ; dan kayu-kayuan. Gambar ini bukan sengaja dibentuk, tetapi terbentuk secara sendirinya waktu rencong itu ditempa. Rencong ini berbeda dengan yang lainnya, semakin lama disimpan semakin banyak kureenya dan semakin mahal harganya serta semakin bertambah magisnya.
4. Rencong
Pudoi
Pudoi
artinya menengah (biasa). Ini dapat di lihat dari gagangnya. Gagang rencong ini
tidak sama dengan rencong meupucok, meucugek atau meukuree. Hulu rencong Pudoi
adalah pengangan tanpa variasi, kelah (pembungkus bahagian bawah hulu dan
puting yang kadang-kadang dibesarkan sedikit agar tidak tertutup dengan gagang
yang sederhana bila ditancapkan pada sasarannya. Gagang rencong Pudoi ini tidak
ada lengkungnya. Sejarah rencong Pudoi ini mulai tahun 1904 Belanda tidak
memperbolehkan memakainya. Sehingga larangan tersebut sangat melukai hati orang
Aceh dan bertentangan dengan adat istiadat yang berlaku pada waktu itu. Maka jalan
lain adalah mengelabui peraturan Belanda tersebut dengan cara merubah bentuk
rencong meucugek (meucangee) kebentuk lain yaitu rencong rencong Pudoi. Dengan
perubahan bentuk maka orang Aceh tetap memakainya tanpa diketahui oleh orang
Belanda kecuali diperiksa seluruh badannya. Adapun untuk menyembunyikan
keberadaan rencong maka diselipkan di pinggang di bawah kain sarung ataupu
celana tanpa di ketahui oleh Belanda, sehingga mereka tidak mematuhi larangan
Belanda.
KD 2.2 Menampilkan Sikap Apresiasi Pada
Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Dan menurut saya, rencong di lihat
dari bentuknya sangat bagus, karena motifnya yang sangat mengagumkan dan juga
bentuknya yang menyerupai tulisan basmalah membuat bentuk rencong menjadi lebih
unik. Dilihat dari bentuknya rencong juga mirip huruf “L”. yang bagian
ganggangnya berada pada bawah huruf “L” dan bagian yang tajam pada atas huruf
“L”.
Dan saya juga menyukai karena
rencong bentuknya tidak aada yang menyamai dengan belati-belati lainya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rencong bagi kita sangat berguna
karena rencong adalah salah satu kesenian dan juga senjata tradisional dari
Indonesia yang sangat mematikan.
Rencong juga menggunakan corak Islam
sebagaimana ditunjukan pada bagian bentuknya yang menyerupai bacaan Basmalah.
Bentuk rencongpun juga unik, karena bentuknya menyerupai huruf “L”.
Rencong juga bermacam-macam, yaitu:
1.
Rencong
Meupucok
2.
Rencong
Meucugek
3.
Rencong
Meukuree
4.
Rencong
Pudoi
Pada saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia, rencong
menjadi senjata yang berguna untuk mengusir penjajahan di Aceh. Rencong untuk
perang juga diberi racun pada ujungnya untuk membunuh lawan yang kebal terhadap
besi. saat sekarang ini rencong tradisional telah menjadi barang yang langka,
hanya ada pada orang-orang tertentu dan di tempat penyimpanan-penyimpanan cagar
budaya seperti Museum dan di tempat dokumen-dokumen lainnya.
3.2
Saran
Sebagai warga negara Indonesia kita wajib melestarikan
kesenian Rencong ini. Karena takut kalau kesenian rencong diambil oleh negara
lain. Dan kita harus mengembangkan pembuatan Rencong agar kita di seluruh
Indonesia mengenal yang namanya senjata Rencong.
Tidak
semua masyarakat Aceh dapat membuat rencong, Ini disebabkan oleh tehnik
pembuatan yang sulit.maka dari itu kita harus belajar membuat Rencong agar kita
semua bisa melestarikan Rencong Aceh.
nice.........!
BalasHapus